Rabu, 19 April 2017
Pak Ali Bolang, Berawal dari Kelincahan Tangannya Membentuk Rotan Menjadi Pengusaha Rotan
Abdoellah - Siang itu matahari masih diatas kepala. Mungkin sekitar jam setengah dua siang. Seorang pria paruh baya sedang asyik duduk di teras rumah bercengkrama dengan salah seorang tukang yang sedang merenovasi rumahnya. Mengenakan kaos olah raga panjang berwarna bergaris hitam di bagian lengan. Dan celana jeans kusam, menandakan bahwa beliau pria sederhana dan bijak.
Pak Ali biasa disapa. Tubuhnya agak langsing tapi dimatanya memancarkan semangat hidup yang kuat. Meski hanya berbekal ijazah SMP, hingga kini bapak yang memiliki satu putri dan satu cucu ini tetap kuat membentuk rotan menjadi berbagai bentuk. Dari ayunan bayi, vas bunga, tempat sampah, kursi lantai dan segala bentuk mampu dibuat walau hanya dengan melihat desainnya saja.
Tangannya terampil membengkokkan rotan. Kakinya lincah berputar mengikuti arah lekukan rotan. Matanya tetap tajam dan teliti bila mana didapati ada rotan yang salah masuk. Begitu seterunya hingga selesai.
“Setelah bahan siap, rotan lantas direndam beberapa menit. Ini dilakukan agar pada saat dilekukan rotan tidak patah. Setelah itu rotan mulai dibentuk. Satu persatu rotan dilekukan menurut keinginan hingga selesai. Setelah jadi, kerajinan akan dikompor untuk menghilangkan barangkali ada rotan-rotan kecil yang akan mengganggu keindahan kerajinan. Kemudian kerajian diamplas agar kesannya lebih halus. Langkah berikutnya memberi lem, agar antara rotan yang satu dengan yang lain tidak meregang. Memasuki tahap finishing, kerajinan diplitur,” jelasnya mengenai proses pembuatan kerajinan rotan.
Pak Ali menjadi salah satu anak yang mewarisi langsung keterampilan merajut rotan. Sebab, ia menjadi anak laki satu-satunya dalam keluarga. Karena dua adiknya perempuan.
Sebelum 1985, pak Bolang-Ayah pak Ali-adalah seorang pandai besi. Menurut cerita pak Ali, usaha pak Bolang cukup sukses. Banyak pesanan dari segala penjuru Sumbawa. Namun sejak 1985, pak Bolang beralih profesi menjadi pengrajin rotan. Keputusan ini terbilang tepat. Ternyata tidak hanya berdampak baik terhadap perekonomian keluarga pak Bolang, tetapi juga terhadap warga di sekitar pak Bolang. Mereka ikut pula membuat usaha kerjinan rotan. Namun entah dengan alasan apa, sekarang hanya kerajinan pak Ali saja yang masih bertahan.
Pak Ali sendiri tidak tahu, dari mana ayahnya mendapat keterampilan tersebut. Pokoknya, seingat pak Ali, semenjak duduk dibangku sekolah menengah pertama, ia sudah bergelut dengan rotan hingga sekarang. Atas kemampuannya ini, pak Ali mendapat tawaran dari bapak Bupati untuk magang di Jawa.
“kira-kira tahun 2003 saya sempat dikirim pak Bupati ke Cirebon, Kebumen hingga ke Jogjakarta untuk magang” ceritanya santai.
“Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan saya. Agar kemampuan saya membentuk rotan semakin meningkat,” lanjutnya.
Tidak sia-sia. Jauh-jauh belajar di tanah Jawa, Pak Ali berhasil membuat beraneka bentuk kearjinan. Bahkan kerajinannya sudah dikirim ke berbagai daerah. Seperti Lombok, Bima, Sumbawa dan Alas. Namun permintaan justru lebih banyak dari lokal. Terutama di saat menjelang Ramadhan. Banyak menerima pesanan hingga enam set kursi. (satu set terdiri dari satu meja, satyu kursi panjang dan dua kursi pendek).
Dari Surabaya Hingga ke Balat
Dulu, setelah membeli rotan mentah di Hijrah, kecamatan Brang Ene, rotan lantas di kirim ke Surabaya untuk diubah bentuknya sesuai keinginan. Sangat lama prosesnya.
“Dulu kalau mau mengubah ukuran rotan harus ke Surabaya dulu. Ongkosnya Rp. 35.000/kg. Belum ongkos kirim,” kenangnya saat itu.
“Uangnya harus banyak. Minimal lima belas juta baru bisa belanja,” tambah Salmah, istri pak Ali penuh semangat.
“Kalau tidak dengan modal besar kami malu. Masa belanja jauh-jauh hanya satu juta” tuturnya berapi-api.
Namun kini setelah ada pemrosesan di Balat, banyak keuntungan di dapat. Tidak jauh-jauh lagi ke Surabaya. Terlalu panjang dan terlalu banyak biaya dikeluarkan.
“Sekarang kalau ada uang satu juta saja, kami bisa belanja” imbuh Salmah, perempuan asli kelahiran kampung Sampir.
Mimpi Bercita-cita Tinggi
Syukurlah, kehadiran tempat perubahan ukuran rotan di Balat, ongkos usaha bisa ditekan seminimal mungkin. Sehingga hasilnya memuaskan semua pihak. Baik pihak pemesan, karyawan hingga M. Ali Bolang sendiri. Keuntungan penjualan rotan diinvestasikan dengan membeli sawah. Hingga kini, katanya sawahnya sudah lebih dari satu hektar. Murni dari penjualan rotan.
Saat ditanya apa kiat khusus yang menjadikan kerajinannya kerap dipesan konsumen? Ia bilang tak ada kiat khusus. Yang penting jujur dan tetap sehat. Kalau tubuh sehat, semua akan berjalan sesuai harapan. Dan yang terpenting kehadiran lima orang karyawan memudahkannya dalam memproduksi pesanan.
“Mereka sangat membantu pekerjaan saya. ini karunia Allah yang patut saya syukuri” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Pak Ali juga tidak perhitungan. Jika ada pelajar atau anak muda yang ingin belajar, Ia dengan senang hati akan mengajarinya. Tanpa memungut biaya sepeserpun, gratis.
Pak Ali bersyukur, keterampilan merajut rotan menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarganya. Ia berharap usahanya semakin berkembang. Tidak hanya pasar Nusa Tenggara tapi juga sampai ke tanah Jawa dan bahkan kalau bisa sampai keluar negeri. Sebuah harapan yang wajar mengingat di Kabupaten Sumbawa Barat, hanya Ia saja yang memproduksi.
Source : http://sosok-inspiratif.kampung-media.com
Selasa, 18 April 2017
Kerajinan Bahan Keras
Dalam kehidupan sehari - hari banyak barang di sekitar kita, mulai yang kecil hingga besar. Tahukah kita bahwa benda - benda seperti biji - bijian, kayu bekas bahkan benda lain yang tidak berharga dengan kreatifitas kita, benda yang tadinya tidak berguna bisa memiliki nilai seni bahkan nilai jual.
Kerajinan bahan keras adalah kerajinan yang dalam tahap pembuatannya menggunakan bahan yang bersifat keras. Kerajinan bahan keras juga dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Kerajinan Bahan Keras Alami
Kerajinan bahan keras alami adalah kerajinan yang bahan baku pembuatannya masih berasal dari alam atau mengalami pengolahan tanpa mengakibatkan perubahan wujud benda itu. Bahan Keras Alami mudah didapatkan dan relatif murah karena beberapa bahan bisa kita ambil langsung di sekitar kita.
Contohnya yaitu :
1. Kayu
2. Biji - Bijian
3. Bambu
4. Batu
5. Kerang
6. Tulang
7. Rotan
2. Kerajinan Bahan Keras Buatan
Berbeda dengan kerajinan bahan keras alami, kerajinan bahan keras buatan adalah kerajinan yang bahannya telah mengalami pengolahan kembali. Contoh kerajinan bahan keras buatan :
1. Kaca
2. Kaleng
3. Logam( Tembaga, Perak, Kuningan, Emas dan Alumunium )
4. Semen
Dalam tahap pembuatannya kerajinan bahan keras tidak begitu berbeda dengan kerajinan bahan lunak, cuman berbeda cara pengerjaannya saja, berikut tahapannya :
Tahap Membuat Kerajinan Bahan Keras
a. Membuat rancangan
Rancangan adalah hal awal yang kita lakukan setelah mendapat ide untuk membuat suatu kerajinan dari bahan lunak, rancangan yang bagus biasanya akan menghasilkan yang bagus. Rancangan biasanya dibuat di suatu kertas lalu kita menggambarnya.
b. Menyiapkan alat dan bahan
Setelah rancangan dibuat tahap selanjutnya adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan di utamakan memiliki kualitas yang bagus sehingga akan mendapat hasil yang baik.
c. Membuat benda sesuai rancangan
Setelah semua siap kita mulai dengan proses pembuatan, buatlah sebuah bagian dasar terlebih dari suatu kerajinan sehingga akan mudah dibentuk dan mempercepat proses pembuatan.
d. Tahap penyelesaian
Tahap akhir setelah kita membuat suatu kerajinan adalah salah satunya dengan merapikan atau memberi hiasan atau beberapa tambahan lain sehingga meningkatkan kualitas kerajinan tersebut.
By:
Abdoellah Azzam
On 07.32
Senin, 05 Desember 2016
Story From Founder of Android
Andy Rubin – Pencipta Android
1. Bekerja di Perusahaan Apple
Andy Rubin dikatakan pernah bekerja di perusahaan yang sekarang menjadi pesaing utama google di bidang Sistem Operasi, yaitu Apple. Andy Rubin bekerjadi di perusahaan Apple di bagian manufaktur pada tahun 1989. Saat ini dia berada di bawah kepemimpinan CEO John Sculley. Perjalanan karier Andy Rubin di Perusahaan Steve Jobs ini tidak mulus. Masalah terjadi ketika Andy Rubin dipindahkan ke bagian riset dan bekerja di anak perusahaan Apple, bernama General Magic yang memproduksi piranti lunak dengan produk bernama Magic Cap. Magic Cap ternyata tidak sesuai harapan, sepi dari peminat dan pada akhirnya anakperusahan Apple ini ditutup.
By:
Abdoellah Azzam
On 00.00
Minggu, 04 Desember 2016
Kisah Sukses "Pemilik" Aqua
Sebuah ruangan yang terdiri dari tiga lemari kayu, terpajang rapi berbagai produksi Aqua. Sebuah meja rapat bundar berukuran kecil dan meja kerja mengisi ruangan tersebut. Dari ruangan itulah Tirto Utomo mengawali lahirnya perusahaan Aqua pada 1973. “Meja ini merupakan meja yang digunakan pendiri,” kata Willy Sidharta, Presiden Direktur PT. Aqua Golden Missisippi Tbk.
Tirto Utomo, warga asli Wonosobo, mendirikan perusahaan air munum dalam kemasan (AMDK) karena ketika bekerja sebagai pegawai Pertamina di awal tahun 1970-an Tirto bertugas menjamu delegasi sebuah perusahaan Amerika Serikat. Namun jamuan itu terganggu ketika istri ketua delegasi mengalami diare yang disebabkan karena mengonsumsi air yang tidak bersih. Tirto kemudian mengetahui bahwa tamu-tamunya yang berasal dari negara Barat tidak terbiasa meminum air minum yang direbus, tetapi air yang telah disterilkan.
By:
Abdoellah Azzam
On 00.58
Kamis, 01 Desember 2016
Kisah Pengusaha Kecil Inspiratif di Tengah Krisis
Pengeras suara komputer di ruang kerja seukuran separuh lapangan badminton itu terus berbunyi: Tuing….tuing... Satu per satu pesan masuk ke akun pria muda itu. Sedikit kewalahan dia terus mencoba membaca cepat. Tak ada waktu selonjoran kaki.
Dalam hitungan menit, belasan pesanan sudah masuk ke akun pemuda itu di sebuah situs jual beli online, Bukalapak.com. Membalas pesanan yang masuk, membuat dahi pria muda itu sedikit berkeringat. Sebab, dibutuhkan kecepatan sekaligus kehatian-hatian saat menjawab. Tak boleh salah. Apalagi tertukar.
Pemuda itu bernama Sigit Nurdansyah Putra. Meski hari itu sudah merupakan akhir pekan, pria 31 tahun ini terus bekerja. Tak ada hari libur baginya.
Sabtu itu, 29 Agustus 2015, Sigit memang benar-benar kewalahan. Maklum tanggal muda. Banyak pegawai yang baru terima gaji. Pesanan pun membludak. Menjelang tengah hari, 30 transaksi jual beli kelar dibereskannya. Semua dia kerjakan seorang diri. Tak ada yang membantu.
" Ya begini ini mas kerja saya. Alhamdulillah pesanan lagi ramai," kata Sigit saat berbincang dengan Dream di rumahnya yang merangkap kantor, di Perumahan Kristal Garden, Cibinong, Bogor.
Barang yang dijualnya sebetulnya tak istimewa. Hanya aksesoris ponsel pintar seperti plastik antigores, baterai dan casing. Banyak yang menjual barang ini di emperan. Bedanya, yang dia jual kualitas premium. Alias asli bukan barang tiruan. Sigit pintar menjual barang yang tengah jadi tren. Tak heran, pemburunya sangat banyak.
Kini lapak online-nya selalu ramai pembeli. Berkat keluletan membesarkan bisnis e-commerce itu sejak Februari 2012, Sigit didaulat sebagai pedagang terlaris atau top seller di bukalapak.com.
Penghasilannya, tak lagi sama seperti saat jadi pegawai kantoran. Sejak tiga tahun melakoni bisnis jual beli virtual ini, Sigit sudah menyelesaikan 5.284 transaksi. Omzet pria bermuka 'ndeso' asal Ngawi ini sekarang sekitar Rp 200 juta per bulan! Luar biasa.
Keputusan Sigit menjadi pedagang terhitung nekat. Dengan jabatan yang sedang naik daun dan gaji cukup besar, Sigit memilih meninggalkan pekerjaannya. Menjadi pedagang aksesori telepon seluler.
Siapa nyana, pilihan ini menjadi jalan terbaik buatnya. Kebutuhan uang untuk membiayai pengobatan anaknya sebagai motivasi awal membuka lapak ternyata amat membantu.
***
Kisah hijrah Sigit dari pekerja kantoran menjadi pedagang online terjadi di waktu yang tepat. Tengok ke lapangan, ekonomi Indonesia tengah melemah. Banyak orang memilih menyimpan uang daripada membelanjakannya.
Ini kabar buruk bagi perusahaan. Siapa yang mau membeli barang mereka saat hampir semua orang mengetatkan uang belanja. Bagi pekerja ini tentu kabar buruk. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bisa saja terjadi.
Sebenarnya bukan cuma Indonesia yang dilanda kecemasan. Hampir seluruh dunia mengalami. Dari seorang CEO, pakar ekonomi, hingga pedagang emperan semua membicarakan kesulitan ekonomi yang sedang menjalar di dunia bisnis.
Kecemasan pelan-pelan berubah menjadi ketakutan munculnya lagi Krisis Moneter 1998. Siapa yang mau kembali ke masa penuh kehancuran itu.
Puncak kecemasan terjadi ketika rupiah perlahan-lahan terpuruk. Mata uang Indonesia ini terjun bebas ke level Rp 14.000 per dolar AS. Sinyal buruk bergaung kencang.
Masih teringat pada tahun 1998, depresiasi rupiah mencapai 197 persen. Alhasil, rupiah yang biasa dijual sekitar Rp 2.000 per dolar, melayang ke posisi terendah Rp 16.650.
Tahun ini, Bank Indonesia (BI) menyebutkan rupiah telah melemah 9,8 persen sejak Januari sampai minggu pertama Agustus 2015. Bank sentral masih jumawa. Koreksi ini lebih baik dari Ringgit Malaysia yang turun 13,3 persen apalagi Real Brasil yang ambruk 29,4 persen.
Namun, bagi masyarakat awam, kurs rupiah saat ini dianggap sudah jatuh.
***
Di saat semua orang ketakutan pada ancaman krisis ekonomi, mereka yang tak mau pasrah dengan keadaan justru melawan. Kisah sukses Sigit di tengah badai ancaman krisis membuka sejarah lama 1998. Kala itu, Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi pahlawan. Mereka tak terhadang krisis. Bahkan, menyelamatkan perekonomian nasional.
Ketika industri tekstil yang 80 persen bergantung pada bahan baku impor banyak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan merumahkan pekerja, UKM menjadi bantalan sekaligus pintu keluar bagi pengangguran baru dari krisis ekonomi.
Kini, zaman telah berubah. UKM tak melulu soal produksi barang. Berkat kemajuan teknologi, masyarakat biasa bisa menjadi seorang pengusaha. Minimal mereka menjadi pebisnis, bukan lagi pekerja.
Sigit, seorang mantan pegawai kantoran telah hijrah menjadi pengusaha baru. Ya, pengusaha aksesoris ponsel. Dari menggantungkan gaji bulanan sebagai pemasukan, kini Sigit beralih menjadi penghasil uang. Sigit berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi jual beli online sebagai peluang bisnis.
Harus diakui, Indonesia memang tengah keranjingan model bisnis jual beli online ini. Nama bekennya e-commerce. Nilainya bisa membuat orang yang mendengarnya kaget. Menteri Komunikasi & Informatika Rudiantara pernah menyebut nilai perdagangan melalui e-commerce akhir tahun ini bakal menembus US$ 18 miliar-20 miliar, atau setara Rp 254 triliun-Rp 283 triliun.
Bisnis ini sudah dua tahun terakhir menggurita. Dari hanya mencetak US$ 8 miliar pada 2013, bisnis e-commerce di Tanah Air tumbuh menjadi US$ 12 miliar pada 2014, setara Rp 170 triliun.
Dalam lima tahun ke depan, bisnis jual beli online ini ditaksir punya nilai lebih fantastis. Hampir US$ 100 miliar. Jika dirupiahkan Rp 1.417 triliun. Angka yang mengiurkan untuk memikat orang terjun ke bisnis ini.
***
Bukan hanya Sigit yang sukses terjun ke bisnis online. Dina Sri Agustin dan Briane Noviante Syukmita adalah dua wanita yang menikmati uang besar bisnis e-commerce.
Dina mungkin hanya menjual sebuah stiker dinding. Lewat e-commerce, perempuan kelahiran 1977 ini kini mengantongi omzet dari jual stiker itu hingga Rp 45 juta. Penghasilan kotornya saja Rp 16 juta per bulan.
Enam tahun bekerja sebagai pegawai di pulau seberang, Dina banting setir menjadi pedagang online. Sebelumnya, dia pernah menggarap bisnis Multi Level Marketing (MLM). Namun profesi baru ini gagal di tengah jalan.
“ Awalnya saya jualan lewat Facebook, juga lewat blog,” kata Dina yang mengaku kurang puas dengan pendapatan Rp 500 ribu per bulan.
Lain lagi cerita Novi. Meski menggenggam gelar sarjana filsafat dari univeritas negeri ternama, Novi enggan menjadi pekerja kantoran yang menunggu gaji bulanan.
Berbeda dengan Sigit dan Dina yang menjadi re-seller, istilah untuk penjual yang menjual barang orang, Novi justru menciptakan produk sendiri. Situs jual beli jadi lokasi pemasarannya.
Mengkreasikan kertas koran bekas, Novi mendirikan bisnis Dluwang Art. Bermodal Rp 500 ribu untuk memulai produksi awal, Novi kini menjadi bos dari dua orang pekerja. Bahkan saat order membludak, Novi bisa merekrut 30 pegawai paruh waktu.
" Harus tahan banting," pesan Novi untuk mereka yang ingin terjun ke dunia bisnis.
Sekali lagi, bisnis UKM memang kembali menunjukkan tajinya sebagai penyelamat. Menjadi pahlawan di saat banyak orang khawatir pada krisis ekonomi. Apalagi di zaman ketika bisnis online menjadi tumpuan. (eh)
By:
Abdoellah Azzam
On 20.19
Selasa, 29 November 2016
Dari Pisang Ijo, menjadi Pengusaha
Mirip semerbak keharuman bunga melati, gadis kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 26 Maret 1986 ini mengawali usaha kecilnya pada saat duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Kini, kartu namanya sudah tertulis Riezka Rahmatiana sebagai Presiden Direktur ”JustMine”.
Semangat kewirausahaan, begitulah yang mengawali Riezka. Awalnya, kata Riezka, adalah kesumpekan. Banting tulang orangtuanya dalam mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk menyekolahkan anak-anak, mendasari pikiran Riezka untuk berupaya agar dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Orang tua bekerja sejak pagi hingga larut malam. Hasil banting tulang seharian dilakukan untuk meraih gaji. Kemandirian wirausaha itulah yang secara diam-diam tumbuh dalam diri Riezka.
”Saya tidak mau menyusahkan orangtua. Berbekal modal awal Rp 13,5 juta, tahun 2007 bisnis makanan pisang ijo yang segar mulai menjadi pilihan untuk dipasarkan di Kota Bandung,” kata Riezka.
Ketika mengambil keputusan berwirausaha di sela-sela kuliahnya, anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku mendapat larangan keras dari orangtuanya. Mereka menganjurkan dia agar mencari pekerjaan yang aman.
Riezka pun menuturkan jatuh dan bangunnya mencicipi aneka pekerjaan di sela-sela kuliahnya. Mulai dari menjadi anggota jaringan pemasaran alias multi level marketing (MLM), penjual pulsa telepon seluler, hingga menjajal bekerja di sebuah kafe. Dari sebagian menyisihkan penghasilan bekerjanya selama itulah, Riezka memulai usaha pisang ijo khas Makassar.
Tanggal 16 Maret 2009 menjadi momentum perjalanan wirausahanya. Riezka memang belum pernah ke Makassar, tetapi ketekunannya mencari penganan tradisional dan kemauannya untuk belajar memproduksi pisang ijo itulah menjadi modal dasarnya. Tanya-tanya resep pun terus dilakukannya.
Pisang dipandang sebagai bahan baku yang relatif murah dan selalu mudah diperoleh di pasar. Hanya dengan dibalut adonan tepung beras yang diberi warna hijau, sajian khas ini bisa mulai dipasarkan dengan nama tren Pisang Ijo.
Dari sanalah kreativitas Riezka bermunculan. Dari sajian pisang ijo orisinal, Riezka mengembangkannya dengan aneka rasa, seperti pisang ijo vanila, stroberi, coklat, dan durian. Semangkok pisang ijo yang disiram sedikit cairan fla yang gurih akan menjadi bertambah segar apabila ditambah pecahan es batu. Apalagi, kreativitasnya dilakukan dengan menambahkan serutan keju dan mesis coklat.
Penghasilan tak terbatas
Dorongan menjadi entrepreneur terjadi justru ketika Riezka membaca buku berjudul Cashflow Quadrant bahwa tidak ada karyawan yang bisa memperoleh penghasilan tak terbatas.
Benarkah hipotesis tersebut? Riezka membuktikan lewat ketekunannya. ”Kalau orang atau setidaknya orangtua saya bekerja dari pagi hingga malam, untuk pada akhirnya mencari penghasilan, saya justru sebaliknya. Kita semestinya tidak bekerja mengejar penghasilan, tetapi biarlah uang mendatangi kita,” ujar Riezka yang akhirnya mewaralabakan usahanya itu.
Dari usaha kecilnya ini, Riezka membuka peluang berinvestasi dengan sistem waralaba. Alhasil, dari satu gerai, kini ada 10 pewaralaba pisang ijo yang tersebar, terutama di kota Bandung, Jawa Barat.
Pemilihan mitra pun dilakukan selektif karena visi yang diemban adalah ”Kepuasan konsumen adalah kepuasan kami. Kesuksesan mitra adalah kesuksesan kami.” Pemilihan gerai bukan sekadar melihat berkas yang diajukan calon mitra, apalagi uang waralaba yang disiapkan mitra.
Melalui penelitian lokasi pasar, Riezka berani mengambil keputusan diterima atau tidaknya seorang mitra. Dia pun memprediksi, besarnya potensi pasar terhadap produknya di lokasi tertentu.
”Sasarannya tetaplah mahasiswa. Karena itu, lingkungan kampus menjadi target lokasi,” kata Riezka.
Bersama sahabatnya, Erwin Burhanudin, Riezka membangun sistem waralaba. Mereka pun mengaku tidak ingin gegabah memperoleh sebanyak-banyaknya pewaralaba. Kapasitas produksi tetap harus menjadi acuan usahanya.
Cepat atau lambat, Riezka yang murah senyum kini sudah mulai menuai hasil. Enam karyawannya ikut bekerja keras menunjang usaha waralabanya dengan memproduksi sekitar 500 porsi setiap harinya.
Soal keuntungan, pokoknya sangat menggiurkan. Sebagai wirausaha muda yang berhasil masuk sebagai finalis tingkat nasional Wirausaha Muda Mandiri 2008, Riezka hanya berharap, setitik perjalanan hidupnya bisa memberikan napas kehidupan masyarakat sekitarnya.
Source : inilahpengusaha.blogspot.co.id
By:
Abdoellah Azzam
On 20.33
Kamis, 24 November 2016
Biografi dari CEO Starbucks
Biodata Howard Schultz
Nama Lengkap : Howard Mark Schultz
Tanggal Lahir : 19 Juli 1953
Tempat Lahir : Brooklyn, New York, Amerika Serikat
Pekerjaan : Ketua dan CEO Starbucks
Kewarganegaraan : Amerika Serikat
Agama : Yudaisme
Howard Schultz adalah seorang pebisnis yang berasal dari Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai ketua dan CEO Starbucks,
sebuah perusahaan kedai kopi yang terkenal di dunia, dan juga dikenal
sebagai salah satu bisnis kedai kopi waralaba terbesar di dunia. Howard
juga mantan pemilik Seattle SuperSonics. Howard juga mendirikan Maveron,
sebuah perusahaan investasi, pada tahun 1998 bersama Dan Levitan.
Biografi Howard Schultz
Howard Schultz
lahir pada tanggal 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York. Howard Schultz
merupakan putra dari mantan tentara Angkatan Darat AS dan kemudian
menjadi sopir truk, Fred Schultz dan istrinya, Elaine. Bersama adik
perempuannya, Ronnie, dan adik laki-lakinya, Michael, ia dibesarkan di
Canarsie Bayview Houses milik New York City Housing Authority. Karena
keluarga Howard miskin, ia melihat peluang dalam bidang olahraga seperti
bisbol, sepak bola, dan basket.
Masa kecil
Howard dihabiskan di lingkungan rumahnya dimana penduduknya masih
bersifat sederhana dan berpenghasilan rendah. Di lingkungan tersebut
juga tidak mempunyai apa-apa, kecuali sebuah lapangan basket. Sebagian
besar penduduknya miskin, sehingga anak-anak diwilayah itu dituntut
untuk ikut bekerja keras membantu kehidupan keluarganya.
Saat itu Howard
kecil sadar bahwa sangat sulit bagi dia untuk keluar dari kemiskinan
yang diderita oleh keluarganya. Akan tetapi impiannya untuk berhasil
lebih kuat, ia ingin merubah kehidupan keluarganya agar menjadi lebih
baik dari kondisi yang dialaminya pada saat itu.
Howards Schultz bersekolah di Canarsie High School
dan lulus pada tahun 1971. Di SMA, Howard ia unggul di bidang olahraga,
ia mendapat nilai tinggi dalam pelajaran olahraga dan mendapatkan
beasiswa atletik ke Northern Michigan University, orang pertama di
keluarganya yang masuk perguruan tinggi. Ia pernah menjadi anggota Tau
Kappa Epsilon, Howard mendapat gelar sarjananya dalam bidang Komunikasi
tahun 1975.
Ia menikah
dengan Sheri Kersch Schultz dari pernikahan tersebut mereka memiliki
dua orang anak, yang bernama Jordan dan Addison.
Setelah lulus kuliah dari Northern Michigan University, Howard Schultz bekerja sebagai Sales Manager di Xerox selama tiga tahun. Selanjutnya dia bekerja di sebuah perusahaan Swedia, Hamamaplast. Di sana ia menjual berbagai macam peralatan rumah tangga, termasuk memasarkan mesin pembuat kopi.
Pada tahun
1981, ketika ia pergi dari New York ke Seattle untuk memeriksa sebuah
toko biji kopi yang sangat populer, Starbucks. Ia sadar bahwa ada sebuah
kedai kopi di Seattle yang selalu membeli kopi mesin pembuat espresso
dari kantornya yang bernama Starbucks. Starbucks sering memesan benda
khusus pembuat kopi dari Hammarplast tempat ia bekerja.
Starbucks
adalah sebuah perusahaan kopi yang berasal dari Amerika sekaligus kedai
kopi yang pusatnya berada di Seattle, Washington. Starbuck didirikan
pada tahun 1971, oleh tiga orang. Mereka adalah seorang guru bahasa
inggris bernama Jerry Baldwin, Guru sejarah bernama Zev Siegl, dan
Seorang penulis bernama Gordon Bowker. Ketiganya adalah pecinta kopi dan
ingin membagi pengalaman mereka tentang kopi dengan membuka sebuah
kedai kopi kecil.
Nama
“Starbucks” sendiri diambil dari nama salah satu tokoh dalam novel
“Moby-Dick” karangan Herman Melville. Sesosok monster duyung yang
memiliki sepasang ekor dalam mitologi Yunani yang dijadikan logo oleh
perusahaan tersebut. Logo itu menggambarkan kalau kopi yang disajikan
Starbucks didatangkan dari berbagai wilayah dipenjuru dunia. Logo
pertama Starbuck terdapat di kedai pertamanya di Seattle.
Ia mencoba
meminum kopi buatan Starbucks, Howard langsung jatuh hati dengan cita
rasanya yang jauh lebih nikmat dibanding kopi manapun yang pernah ia
coba. Ia juga terkesan dengan dedikasi pemilik untuk mendidik masyarakat
tentang keajaiban cita rasa kopi.Tidak hanya itu, ketika Howard bertemu
dengan founder dari Starbuck dia melihat dan kagum oleh semangatnya
dalam membuat kopi yang nikmat. Howard mengingat saat pertama kali ia
datang ke Starbuck dan berkata: “Ya Tuhan, Ini benar-benar bisnis yang
bagus, kotanya pun sangat indah!. Aku ingin menjadi bagian dari semua
ini”.
Hal inilah yang
membuat antusias Howard, untuk segera melamar kerja di Starbucks. Butuh
waktu satu tahun bagi Howard untuk dapat bekerja di sana, ia direkrut
sebagai seorang manager retail operations dan marketing. Ia pun segera
dekat dengan Jerry baldwin. Sayang, hal itu kurang berlaku dengan Gordon
Bowker dan Steve, seorang investor Starbucks baru. Howard tetap
berusaha beradaptasi dan mencoba mengenalkan pembaruan untuk membesarkan
Starbucks.
Pada tahun 1983
saat dalam perjalanan untuk berbelanja kopi di Milan, Italia. Howard
tertarik melihat salah satu kedai kopi dengan konsep Cafe di Italia,
yang ia kunjungi disana yang membuatnya mempunyai ide cemerlang, yaitu
merubah Starbucks tidak hanya sebagai kedai kopi, namun menjadi tempat
orang atau komunitas berkumpul dan bersosialisasi, kemudian ia berusaha
meyakinkan Baldwin kalau perusahaan mampu membuka kedai kopi lebih
banyak lagi, namun ide itu ditolak oleh Baldwin karena ia merasa hal
itu akan mengakibatkan hilangnya ciri khas Starbucks yang sebenarnya.
Tetapi Howard tetap berusaha dan mencoba mengenalkan pembaruan untuk
membesarkan Starbucks.
Keluar dari Starbucks dan Membuat Kedai Kopi II Giornale
Howard merasa
para pendiri Starbucks adalah orang-orang dengan pemikiran tidak maju
dan tradisional yang menganggap kopi sejatinya dibuat “rumahan”. Namun
ide membuat kedai kopi agar lebih dikenal luas dipercaya Howard akan
mendatangkan lebih banyak keuntungan, hingga akhirnya dia memutuskan
untuk berhenti dari Starbucks dan mulai membuka bisnisnya yang baru.
Howard
memerlukan dana 1,7 juta dollar Amerika untuk memulai bisnis barunya
terebut. Para pendiri Starbucks meminjamkannya setengah dan sisanya ia
pinjam di Bank. Pada April 1986, Howard berhasil membuka Kedai Kopi di
Seattle yang ia beri nama berbau Italia ‘Il Giornale’. Usaha Howard
sukses dimana 300 orang berkunjung di hari pertama kedai ini buka.
Source : biografipedia.com
By:
Abdoellah Azzam
On 11.58
Langganan:
Postingan (Atom)